Berita Terbaru
Dr. Ir. Hendarmawan, MSc, “Air Bersih Kita Tidak Dikelola Secara Benar”
[Unpad.ac.id, 16/07/2012] Air bersih di Indonesia tidak dikelola secara benar. Apa buktinya? Ketika musim hujan turun, selain menimbulkan daerah-daerah terkena genangan dan banjir, sebagian besar air akan terbuang langsung ke laut. Sebaliknya, ketika musim kemarau, banyak yang mengalami kekeringan. Padahal Indonesia mendapat kucuran air berlimpah dengan curah hujan rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun.
“Reboisasi tidak dilakukan di tempat yang tepat agar efeknya optimal. Akibatnya konservasi air bersih tidak bisa ditawar lagi. Konservasi tidak hanya untuk menjaga keberadaan air, tapi juga untuk meningkatkan kualitas air. Apalagi hingga kini, masih banyak masyarakat yang menggunakan air tanah,” ungkap Dr. Ir. Hendarmawan, MSc, Dekan Fakultas Teknik Geologi Unpad.
Dr. Hendarmawan saat ditemui di ruang kerjanya di Fakultas Teknik Geologi kampus Unpad Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor, Rabu (10/07) lalu mengungkapkan, Konservasi air ini belum dapat perhatian dari berbagai pihak, karena di Indonesia air masih dianggap berlimpah dan dapat diperbarui. “Tapi, air yang berlimpah belum menjamin jumlah air bersih,” ujarnya.
Air, lanjut Dr. Hendarmawan, sebenarnya tidak pernah berkurang tetapi berubah bentuk melalui proses pembekuan atau penguapan. Justru yang menjadi permasalahan adalah apakah air itu masih bagus untuk dipakai atau tidak. “Hal inilah yang membuat penting bagi kita untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas air tawar yang ada di permukaan bumi agar masih bisa dimanfaatkan oleh manusia. Air yang sudah terlanjur masuk ke laut, tentu tidak dapat dimanfaatkan dan perlu waktu lama lagi untuk dapat dimanfaatkan dalam bentuk air hujan,” jelas Dr. Hendarmawan .
Ahli hidrogeologi Unpad ini juga memaparkan, apabila di musim hujan air terus terbuang langsung ke laut tanpa adanya ketahanan air, dikhawatirkan di musim kemarau seperti sekarang ini kuantitas air tanah akan berkurang karena terjadi penurunan permukaan air tanah.
“Kedalaman sumur di masyarakat kita rata-rata hanya berkisar 15 meter. Apabila musim kemarau berkepanjangan, bisa kita banyangkan apabila air tanah mengalami penurunan sekira 20 meter. Hal inilah yang menyebabkan kelangkaan air. Untuk itu, pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestariannya, yang meliputi faktor kualitas maupun kuantitas,” urai Dr. Hendarmawan .
Untuk mengurangi penurunan permukaan air tanah dan juga melakukan ketahanan air, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti menghemat air, menanam pohon, dan mengolah limbah cair rumah tangga. Selain itu, dengan membuat penampungan air hujan, menyediakan lahan untuk penyerapan air, membuat resapan biopori, atau membuat sumur resapan, maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam.
Kualitas air permukaan yang saat ini menjadi komoditas utama sebagian besar masyarakat dunia tidak mungkin akan bertahan lama jika tidak dibarengi dengan pendidikan lingkungan yang layak, khususnya dalam pengelolaan air.
“Air bukan saja kepentingan untuk minum, melainkan kepentingan pertanian dan perikanan juga kepentingan industri. Dengan demikian, fungsi air yang bersifat sosial dan milik umum ini jelas menjadi tanggung jawab kita bersama karena masalah air adalah masalah bersama,” lanjut Dr. Hendarmawan.
Dalam berbagai workshop maupun seminar dan penelitian-penelitiannya, Dr. Hendarmawan sering kali menyuarakan isu pengelolaan sumber daya air ini. Bahkan ia mengatakan isu air ini sudah menjadi isu pertama di UNESCO tentang ground water pada riset kebumian. Untuk itu, ia mengemukakan cara yang paling efektif dalam pengelolaan sumber daya air adalah peran serta masyarakat dan pendidikan sejak usia dini terhadap murid-murid sekolah dasar melalui kurikulum di sekolah.
“Karena dari semua masalah air yang terjadi, manusialah yang paling merasakan akibatnya,” pungkas Dr. Hendarmawan. *
Laporan oleh: Purnomo Sidik | |
| eh*
Sebelumnya
- Fahmi Oscandar, drg., MKes Ingin Wujudkan Program Studi Spesialis Forensik Kedokteran Gigi di Indonesia
- Prof. Dr. Ilya Avianti, SE., MSi., Ak., CPA, “Demi Integritas, Saya Tidak Mau Diintervensi”
- Dr. Iman Rahayu MSi, “Selain untuk Internal, PPBS Diharapkan Mampu Melayani Masyarakat”